4/07/2013

Tipisnya jarak Bahagia dan Sedih

Dan bumi hanya sebutir debu dibawah alas kaki kita



Jarak bahagia dan sedih itu hanya setipis hembusan debu dan sependek helaan nafas. Tak ada satu pun yang mampu memprediksikan dan mengatur kapan saatnya kita bahagia dan kapan kita harus bersedih. Karena bahagia hadir ibarat hujan di tengah kemarau panjang dan kesedihan datang seperti hujan yang turun bertubi-tubi. Tapi kita berhak memilih; mengindahkan kesedihan atau bangkit lalu menari bersama kebahagian kecil. Berlari mencari dimana letak kebahagiaan atau terperosok dalam kegelapan menghindari kesedihan dan berharap langit berlukis pelangi indah.
Kepada siapa harus bertanya? Kemana harus kucari kebahagian? Kemana tempat berlari aman dari kesedihan? Pertanyaan ini hanya akan terus menerus menggantung untuk kemudian berpendar dan mengudara.

6 April 13 ...

Hari ini kusaksikan interval waktu dan jarak antara bahagia dan sedih beradu dan bertemu dalam satu waktu yang sungguh tak kuduga. Aku cukup bahagia hari ini,mengingat hari ini kami akan mengadakan perpisahan KSSK. Kami pergi ber-delapan (Aku,Lusia,Agustina,Claudia,Anggris,Natasya,Jose,Bene). Saat diperjalanan menuju rumah Ibu Pitna kami asyik bercanda hingga kabar itu mengagetkan kami semua...

"Selamat Jalan Papa" PM Paul di bbm.

Kami shocking beberapa menit. Belum percaya kalau papa Paul benar-benar meninggal. Tadi kami cuma dapat kabar bahwa papanya kecelakan dan dia gak bisa ikut perpisahan tapi....meninggal....sungguh diluar jangkauan dangkalnya pemikiran kami ini ya Tuhan :'(
Tawa kami hilang mengudara yang ada hanya obrolan seputar kesedihan hebat yang menimpa saudara kami...Paul. Sebenarnya dari tadi pagi aku agak aneh ngelihat gelagat Paul disekolah tapi baru sadar saat ada kabar mengagetkan ini.

Acara kami berlangsung baik. Disetiap doa,kami titipkan duka atas kesedihan kami pada Tuhan. Kami berencana akan melayat besok setelah selesai bakti Paskah KSSK di Panti Asuhan Karya Murni.

Pesan singkat Aku-Paul. 6 April 13

"Sabar ya paull. Gb!" 16:43
"Iya sil, makasi ya" 19:25
"Besok kami kssk udah bisa kesana kan paul?" 19:26
"Bisa sil" 21:30

7 April 13...

Kami selesai mengikuti jalannya Bakti Paskah bersama anak panti lainnya. Bergegas kami langsung ke kediaaman Paul. Sesampai disana. Sumpah sedih kali ya Tuhan :'(
Rumah Paul udah lumayan ramai, rata-rata sejauh mata memandang berseliweran orang dengan pakaian hitam-hitam hitam dan kesedihan yang mengudara. Sekilas terlihat Paul duduk sejajar dengan Mama dan Abangnya. Jelas kesedihan mendalam tergambar di wajahnya, Paul. Selama nunggu Ibu datang kami sengaja ngambil posisi duduk searah Paul supaya lebih leluasa ngelihat kedalam. Mamanya nangis terus, abangnya juga. Abangnya, Juan-tau nama dari papan bunga seharusnya hari ini belajar keras mempersiapkan UN yang tinggal menghitung hari. Berat kali cobaannya ya Tuhan. Paul juga yang biasa terdengar gurauan dan candanya ini cuma bisa nunduk dan ngangguk-ngangguk dikasih nasehat dan kata penghiburan.

"sabar ya Paul" kalimat ini lagi yang cuma bisa kuucap saat salaman tadi. Semoga bisa sedikit menguatkan hatinya Tuhan. Kami masih lama diluar menyaksikan keluar masuknya banyak orang yang turut berduka atas perginya Papa Paul. Selamat jalan om..selamat bertemu Tuhan.

Sebelum pulang, kami pamit sama Paul, rumahnya lagi ramai akan saudara berkunjung. Dia berjalan terseok-seok melewati kerumunan orang. Jelas terpeta kesedihan mendalam diwajahnya semakin dia mendekati kami.

"Pulang kami ya pol" Bene dengan nada ceria memecahkan keheningan disekitar dikeramaian ini. Dia ngangguk.
"Udah jangan nangis lagi ya pol" Lusia nambahin sambil menjabat erat tangannya. Dia nganguk lagi.
"Sabar ya paul" lagi cuma ini yang kuucapkan, gak ada embel-embel apapun karena memang stuck sedih sumpah ngelihat senyum getir Paul.
"Udah sana jagain mamamu" kata Lusia. Matanya berkaca-kaca ya Tuhan, dia senyum...bukan senyum...itu ekspresi pilu.Skeptis malahan terlihat. Udah mau netes juga air mata ini.
"Makasih ya" akhirnya dia angkat bicara sambil sekali lagi menjabat kami satu persatu.
Padahal hari ini dia turnamen karate ya Tuhan.
Kami pulang masih berbalut kalut dan kesedihan mendalam.

Deep condolence for Paul Sitohang's father pass away. God bless!!

Benarkan? Jarak antara kebahagiaan dan kesedihan itu cuma setipis hembusan debu dan sependek helaan nafas. Sedetik kita tertawa sedetik kemudian sedih menyelimuti. Kehilangan emang gak pernah membahagiakan di awal, selalu pasti berawal dari kesedihan tapi yakinlah kebahagian sedang menunggu dibelakang. Serahin semua sama Tuhan! Pelangimu masih tergambar jelas kok di lembar kisah hidupmu. Menunggu kau nikmati keindahannya.

Untuk teman kami, saudara kami dan ketua I kssk kami, Paul...sabar, ikhlas,selalu berserah dan jangan berhenti disini. Ini belum waktumu untuk berhenti! Ini waktumu untuk nunjukin ke dunia kalau "bumi hanya sebutir debu dibawah alas kakimu" Kami tunggu kehadiranmu kembali di kssk dan dikelas kita X7. Papamu pasti bangga di surga melihatmu! 

We miss u pol-

2 comments: