Hari ini adalah hari ke-16 ku bekerja. Pagi ini aku bangun dengan mata sembab, sambil sedikit merutuki diri menatap rupa sendiri di cermin, akibat terlalu emosional menonton drama korea Reply 1988 yang kemarin malam berhasil ku selesaikan. Maklum, anaknya gampang mbrebes mili. Anyway, setelah entah berapa lama enggak pernah lagi nonton drakor, thank you to my friend, Jeje atas racunnya and thank you to Park-Bo-Gum (saranghae, oppa!) yang berhasil buat diri ini jadi fangirl dadakan (lol). Untuk yang butuh hiburan sehabis lelah-lelah ngantor boleh deh nonton drama korea ini.
Entahlah, melebur ke dalam rutinitas baru semakin meningkatkan keingintahuanku untuk mengerti hidup. Tentang apa yang menggerakkan manusia dewasa menepis kantuk yang mengelus-elus mata, membasuh tubuh, merias wajah, memilih outfit, untuk lalu memaksa kaki berjalan menuju kursi kantor setiap paginya.
Tentang siapa yang mengumpulkan sisa-sisa bara api kemarin, menjaganya tetap menyala, hingga rela menangkupkan kedua tangan untuk ikut merasa panas demi memberi rasa hangat pada pemilik bara itu.
Tentang kapan yang masih terus menggantung di penghujung hari, pada semburat orange bercampur kuning di ujung langit senja atau kala gulungan sendu awan hitam sedang menguasai langit, setia menanti hari bahagia untuk hidup.
Tentang dimana raga dan asa kembali berteman, bertukar tawa dan senyuman walau pahit dan beban hidup tiada pernah pergi.
Tentang mengapa yang datang setelah mengapa-mengapa dan mengapa lainnya. Tiada habisnya diucapkan seperti mantra untuk menjaga diri tetap waras.
Ataupun tentang bagaimana aku-kamu yang menjadi kita; memaknai setiap detik hidup yang berlalu di bumi ini.
Katanya semesta bicara tanpa suara. Dalam keheningannya, entahlah maksud apa yang ingin ia sampaikan kepadaku. Pun sampai hari ini aku masih belajar untuk memahami. Satu hal yang aku sadar seminggu yang lalu; berharap hidup untuk mengerti aku adalah bualan belaka. Adalah aku yang harus belajar mengerti hidup. Tho of course, there's always things i will never never understand.
Terasa sulit pastinya seiring waktu, sebab hidup tidak menawarkan rumus untuk kita bisa pahami dan cari jawabnya dengan ilmu pengetahuan, tapi ia beri kita kisi-kisi untuk dapat bebas merasakan hidup tanpa peduli berapa anugerah IQ yang kita miliki. Pahamku dan pahammu mungkin bersebrangan. Lantas mengapa? Satu ragam itu membosankan, katanya.
Dengan kerendahan hati, kepada Sang Pelukis Langit, aku ingin terus mengajukan pertanyaan, pun harapan agar selalu menerima jawaban.
Tentang hari ini, kemarin, dan akan datang, aku tidak berjanji untuk berhenti mengeluh. Mana mungkin aku sanggup? Janjiku adalah untuk menjadi manusia kuat.
Let everything happen to you
Beauty and terror
Just keep going
No feeling is final
-Rainer Maria Rilke-
p.s: to my number one man, Happy birthday, Bapak! I wish you all the love in this beautiful world, you deserve happiness and medalion for raising all your daughter really well. Jesus bless You <3
No comments:
Post a Comment