aku ingin hilang sejenak di bawa senja kepangkuan malam atau pendar bersama malam menjemput pagi.
aku ingin menghilang saja di atas gunung di tengah hutan tiada keributan hanya aku dan sepi. tapi aku itu penakut, gelap sedikit saja aku buru-buru mencari penerangan.
mulutku ingin berteriak mengadu tapi cukuplah suara di kepalaku saja yang meronta ronta tak ingin diam karena diam hanya akan membuatku semakin membenci diri.
aku ingin berlari tapi kakiku telanjang dan kerikil kasar menghantam telapak kakiku membuatnya berdarah tapi tidak kutemukan jejak luka apapun.
lekas setelah makan siang aku kembali berjalan, tapi malah tersesat semakin jauh.
aku ingin sekali pulang, jalanan masih panjang dan bensinku sudah menipis sedangkan spbu tidak terlihat dimanapun sementara mentari menari-nari di atasku.
lalu kuputuskan menepi di jalanan sepi dekat warung kecil saat tarian mentari usai perlahan. malam-malam dingin pun kuhabiskan mendengarkan lagu pujian.
dengan petikan gitar tidak terasa pipiku sudah basah.
aku ini seperti si bungsu yang jatuh miskin setelah pergi dari rumah bapanya dan malu untuk pulang.
hanya saja di kehidupan ini aku terlahir sulung.
No comments:
Post a Comment