Di temani malam dan secangkir susu cokelat
Oh sebentar.
Biar ku intip rupa langit malam
Oh sebentar.
Biar ku intip rupa langit malam
Waktu di laptop ini menunjukkan 23.04.
Wah sudah semakin dekat saja.
Ah sebentar.
Toh tak ada yang sedang ku nanti
Si kakek berjenggot putih tak mungkin muncul tiba-tiba
Kamar ini tak akan menarik baginya
Oh sebentar.
Malam natal kan sudah berlalu tiga hari sil
Dia mungkin sedang menikmati liburannya sekarang
Hadiah untukmu di rapel tahun depan barangkali
Lagian kau ada-ada saja
Memimpikan salju
Tapi bahkan bintang pun tak muncul malam
Wah sudah semakin dekat saja.
Ah sebentar.
Toh tak ada yang sedang ku nanti
Si kakek berjenggot putih tak mungkin muncul tiba-tiba
Kamar ini tak akan menarik baginya
Oh sebentar.
Malam natal kan sudah berlalu tiga hari sil
Dia mungkin sedang menikmati liburannya sekarang
Hadiah untukmu di rapel tahun depan barangkali
Lagian kau ada-ada saja
Memimpikan salju
Tapi bahkan bintang pun tak muncul malam
Sudahlah. Mungkin di tahun berikutnya kau akan
nikmati salju dengan secangkir cokelat panas ditemani oleh nya
Ah sebentar.Dia siapa ?!
Maaf ini lagi-lagi wacana mimpi si penulis
Yha sebentar.
Izinkan aku diam sejenak.
Menutup mata
Dan menikmati menit-menit terakhir
Masa tujuh belas tahunku ini
Usiaku bakal bertambah satu dalam hitungan beberapa
menit ke depan.
Ya sebentar.
Aku sedang memikirkan kira-kira kado apa yang akan
aku minta pada-Nya kali ini
Kira-kira nikmat apa lagi yang patut ku pinta dalam
bait doa ku pada-Nya kali ini
Izinkan aku berpikir.
Rasanya sungguh luar biasa
Mengaggumkan.
Bahagia.
Takjub.Terima kasih pada-Mu ku ucapkan tiada henti
Mengaggumkan.
Bahagia.
Takjub.Terima kasih pada-Mu ku ucapkan tiada henti
Karena menjadikan tahun ini begitu indah tiada tara
Terima kasih Tuhan karena tak mematahkan setiap doa
yang terucap dari mulutku
Terima kasih Tuhan atas semua hal luar biasa di luar
batas pemikiranku yang Kau hendaki terjadi di hidupku
Terima kasih Tuhan untuk sayap yang indah Tuhan
beri, yang membantuku bangkit kala aku tersandung
Terima kasih Tuhan
untuk tangan-Mu yang selalu terulur kala aku dirundung masalah
Terima kasih Tuhan buat malaikat-malaikat yang
Kau kirimkan ke dunia sebagai keluarga dan sahabat-sahabat ku
Terima kasih Tuhan telah menjawab bait demi bait
doa yang ku ucap dan ku tulis saat meniup lilin ulang tahun ku yang ke tujuh
belas tahun lalu
Sekarang, nikmat mana lagi yang pantas aku
dustakan? Tak pantas aku berdusta.
Namun bolehkah ku bagi sedikit kesedihan yang membuncah di hatiku saat ini?
Sekuat mulut berkata baik-baik saja
Sekuat hati mencoba mengiyakan
Tapi rasanya aku tidak baik-baik saja
Asal kau tau, merayakan hari raya yang seharusnya
sukacita
Jika jauh dari orang-orang yang kaucintai
Jauh dari keluarga
Pahit rasanya kawan
Sungguh, pahit.
Ah maaf. Lagi-lagi mengeluh
Karena rasanya sungguh tidak enak
Ah maaf
Padahal aku sudah berjanji untuk tidak menangis
Ah maaf
Sekuat hati menahan, mata ini ternyata ingkar janji
Ia tak mampu menahan bulir-bulir air mata buaya ini
Ah maaf
Ah maaf
Padahal aku sudah berjanji untuk tidak menangis
Ah maaf
Sekuat hati menahan, mata ini ternyata ingkar janji
Ia tak mampu menahan bulir-bulir air mata buaya ini
Ah maaf
Namun izinkan aku jujur kali ini
Aku merindukan aroma masakan mama
Aku merindukan aroma masakan mama
Aku merindukan lampu kelap kelip pohon natal yang
selalu mama nyalakan kala malam
Aku merindukan celotehan adikku, Lona
Ah, tadi baru
saja kulihat fotonya yang cantik dengan gaun kuning menari pada perayaan Natal
Aku merindukan tangisnyaAh adik-adikku, kakakmu ini
merindukanmu bak anak kecil yang cengeng
Ternyata begini rasanya
Dulu aku menangis kala membaca kisah anak perantauan yang sedang dirundung galau karena tak bisa bertemu sapa dengan keluarga
Kala itu, tak terbersit pemikiran akan mengalami hal serupa.
Dulu aku menangis kala membaca kisah anak perantauan yang sedang dirundung galau karena tak bisa bertemu sapa dengan keluarga
Kala itu, tak terbersit pemikiran akan mengalami hal serupa.
Sekarang…
Hanya kaset memori kala itu yang dapat kuputar
berulang di kepala
Kala itu disaat pelukan hangat mama papa sembari
menuturkan ucapan "selamat ulang
tahun anakku"
Kala itu disaat tiupan lilin dan kue ulang tahun seakan menambah bahagiakuKala itu disaat nyanyian selamat ulang tahun terdengar dari mulut manis adik-adik ku.
“Ma, pa, egia, yesi, nia, lona, kak via rindu sekali.”
Kala itu disaat tiupan lilin dan kue ulang tahun seakan menambah bahagiakuKala itu disaat nyanyian selamat ulang tahun terdengar dari mulut manis adik-adik ku.
“Ma, pa, egia, yesi, nia, lona, kak via rindu sekali.”
Rindu ini seakan belum mau berhentiBertambah dan
terus bertambah.
Enam menit lagi, sil.
Tick
Tock
Lima menit
.
.
.
Empat
.
.
.
3
2
1
00:00 *make a wish*
Yay its December, 28th 2015
baby.
Officially eighteen (18th) years
young.
By the way, im not that really sad now because my
family just called me and guess whaat?!! They bought me a birthday cake with
the candles 18 put on and BOOM sang a happy birthday song through vidcall. I'm
REALLY HAPPY NOW. Its like today gonna be really okay and fun!OK!
Gonna write down some to do list in my birthday. Any
suggestion, guys?HOHOHO
Selamat ulang tahun silvia!Selamat
memasuki usia 18 tahun sili! Yuk, dewasa HEHEEHEHEEHE!GOD BLESS ME! AMEN.
shit, am i looked like talking to myself?! pardon me
guys.
LOVE N HUGS,
sili,
daddy's girl turning 18th today.
No comments:
Post a Comment