10/28/2017

uts

Sedang mengumpulkan niat untuk belajar Akper.
Musim ujian datang lagi. Senin depan, UTS dimulai dengan matkul Akper. Cepat sekali bung, rasa-rasanya seperti baru kemarin saja jadi mahasiswa baru. Eh, ini udah jadi mahasiswa tingkat akhir.

Akhir-akhir ini rasanya begitu banyak hal yang memenuhi rongga kepala ini. Makin dipikirkan makin mumet. Mending gak usah dipikirin? Tapi ya gimana caranya ya?

Ternyata begini rasanya menjadi dewasa. Begini rasanya memikul tanggung jawab. Tidak mudah. Mau cerita banyak tapi kayaknya timingnya enggak pas deh.

So, see you next timee.
Doain aku yang harus ngambis UTS dulu.


xoxo.

7/04/2017

Welcome July.

Welcome July !


Waktu selalu berjalan cepat. Sadar atau engga, hari ini kita udah ada di pertengahan tahun. Mungkin ini waktu yang tepat untuk menyadarkan gue betapa 'berharganya' waktu itu. Fyi, gue lagi melakukan suatu percobaan ke diri gue sendiri, untuk 21 hari kedepan. Tapi gue belum bisa bilang so far so good sih, karna hari ini masih terhitung dua hari gue menjalankan percobaan itu. Sebenarnya bukan percobaan juga sih, mungkin lebih tepatnya kayak challenge my self gitu. 

Jadi gini, 2 hari yang lalu sembari menikmati kegabutan hari-hari terakhir liburan, gue seperti biasa buang-buang waktu dengan ngekepoin seluruh instastory orang-orang di instagram. Sampailah gue di story-nya @benakribo (kalo kalian engga tahu, benakribo ini adalah seorang penulis tapi lebih dikenalnya itu youtuber/content creator gitu), jadi dia lagi curhat gitu kalo dia mau diet. 

Saat gue mulai bosan mendengarkan dia ngalor-ngidur tentang recana dietnya itu, gue menangkap sesuatu yang menarik dari curhatannya. Jadi dia bilang, dia pernah baca atau dengar gitu seorang ahli pernah bilang, kalau kita ingin mengubah sesuatu dalam diri kita, itu semua tergantung dari 'kebiasaan'. Dan penelitian bilang kalau kamu bisa melakukan hal itu secara berulang-ulang dan teratur selama 21 hari maka kamu bisa mengubah itu menjadi kebiasaan yang akan mudah dilakukan. Ya kurang lebih gitu deh yang gue tangkep. Nah, gue mikir tuh. 21 hari? hmm boleh juga nih. Ibarat gue itu Barney Stinson di How I Met Your Mother, mata gue saat itu pasti lagi berbinar-binar menatap layar handphone dengan penuh maksud, tangan gue mengepal lalu dengan pasti gue menggumam "Challenge accepted!" sambil ngangguk-nganguk songong niruin Barney. 

Gue bakal cerita lebih lanjut deh tentang challenge ini, minimal nanti saat gue udah pantas untuk bilang so far so good lah. Doakan aja gue bisa konsisten. Karena konsisten kadang bukan keahlian gue. Tapi kali ini, untuk membuktikan penelitian itu which is i dont have any clue perihal kebenaran ucapan benakribo, gue mencoba untuk percaya aja deh, selama ini masih berbicara tentang kebaikan. Dan kayanya seru juga gue challenge diri gue sendiri kaya gini. Secara, biasa gue hidup adem ayem aja lempeng benar-benar let it flow air kehidupan ini. (ngomong apasih gue). 

***

Hari ini hari pertama gue masuk kuliah (lagi) setelah libur lebaran. Dan, dua minggu lagi gue bakal UAS sodara-sodara. (insert a motivational quote to not procrastinate but study!)  Wish me luck guys!

Oiya, mumpung momennya masih tepat, gue ingin mengucapkan 'Selamat Hari Raya Idul Fitri' buat kamu semua yang merayakan. Semoga Indonesia tetap indah dengan toleransi akan keberagamannya dan semoga kita semakin giat berbuat kebaikan yaa. Amiin.

See u next post! xoxo.
***

ps. ternyata nulis pake 'gue' gini kerasa lebih santai banget yak daripada pake 'aku'. hihi.


6/02/2017

1.02 meninggalkan atau ditinggalkan

Pasti kalian semua tahu persis rasanya merindukan seseorang. Setiap dari kita pasti punya cara tersendiri dalam meluapkan kerinduan itu. Mungkin dengan membuat panggilan telepon, video call, mengirim surat, update status, atau mungkin langsung menemui seseorang itu. Atau mungkin, ada yang hanya menikmati kerinduaannya seorang diri, karena terlalu malu untuk mengakui apalagi mengatakannya secara langsung. Namun bagaimana bila kamu merindukan seseorang yang sudah pergi. Sangat jauh. Seseorang yang tidak akan mengangkat panggilan telepon apalagi video call darimu, seseorang yang meski kamu kirim ribuan surat tidak akan pernah membalas pesanmu, seseorang yang raganya tidak dapat kamu temui lagi. Selamanya. Beritahu aku bagaimana caranya meluapkan rasa rindu seperti ini?
***

Aku rindu. Aku tidak malu mengatakannya. Namun, kukatakan atau tidak, rindu ini hanya akan diam disini. Maka aku ingin menulismu melalui kata-kata, tidak peduli ada yang membaca atau tidak. Aku hanya ingin rindu ini memiliki tempat untuk disalurkan. 

Entah sudah berapa hari tepatnya sejak kepergianmu. Hari ini cerah, tidak hujan. Aku seperti biasa, telat lagi datang ke kelas. Jadwal hari ini, mankeu pukul 8 - 11 pagi. Ya, lagi-lagi Pak Dosen mengkorupsi waktu. Bila kamu disana, sudah pasti kamu akan mendecak bergumam tidak jelas meminta pak Dosen untuk segera menyudahi kuliah. Namun hari ini tidak lagi seperti hari biasa itu. Kemudian berlanjut kuliah pukul 2 - 3.30 sore. Ya, Ibu Dosen keupub yang tengah hamil menyudahi kuliah dengan lebih cepat hari ini, dan diakhir sesi beliau membagikan kita teh kotak satu perorang, untuk berbuka kata beliau. Sungguh, hanya dengan sebuah teh kotak namun kantuk seisi kelas langsung menguap dan spontan bersorak berterima kasih kepada beliau. Biasa kalau soal bersorak, kamu jagoannya, suaramu akan selalu yang paling keras diantara yang lainnya, paling heboh dan tak jarang sorakanmu yang spontan namun tak jelas itu selalu menjadi bahan tertawaan seisi kelas. Namun, lagi-lagi sore ini tidak seperti hari biasa itu.

Hanya karena satu kata yang menjadi bahan kuliah sore ini.  'Ramsey Taxation'. Yang bahkan membuat Ibu Dosen meminta maaf hanya karena menyebut kata itu. Padahal, beliau tidak melakukan kesalahan apapun bukan? Namun bagiku, kata itu, sudah sangat cukup menggerakkanku untuk menulismu disini. 

Apa kabar kamu disana, kawan? Ah, pertanyaan bodoh. Sudah pasti kamu sangat bahagia, tersenyum, tertawa, bersama para malaikat surga yang sekarang menjadi temanmu kan? 
Aku hanya penasaran bagaimana penampilanmu sekarang, kawan. Sebab, disela Ibu Dosen menjelaskan entah apa perihal tax inefficiency tadi, aku menolehkan kepalaku ke arah sisi bagian kiri kelas, ke pojokan meja paling depan. Meja dan kursi itu kosong. Dan aku seakan mencoba menggambarkanmu didalam pikiranku, sedang duduk disana, menunduk, kacamatamu seakan mau jatuh, menuliskan sesuatu di kertas sembari membiarkan dengan sengaja satu kakimu terlampau menjorok keluar dari batasan meja, seperti biasa, kamu dengan gaya santaimu. Dan detik berikutnya, aku perlahan memutar arah pandanganku kembali lurus ke arah papan tulis, kemudian bergerak ke arah pintu kelas, menantikan pintunya berayun rusuh ke dalam karena dorongan seseorang yang tiba-tiba muncul, dengan wajah yang kuyup basah seperti sehabis diguyur air, dengan kacamata hitam di tangan kiri dan sapu tangan cokelat di tangan kanan yang berjalan masuk sambil tetap sibuk menghapus kuyup air diwajah. Tak lupa buff yang tersampir di leher, celana jeans yang sebenarnya teramat melanggar peraturan kampus, kemeja putih atau berwarna atau batik yang bahkan sudah robek di bagian bawah ketiak kebawah, dan segala definisi ketidaktaatan aturan lainnya yang tercermin pada penampilanmu, namun kamu tetap melangkah masuk kelas dengan tampang innocent-- dan tidak lupa untuk menyalami bapak atau ibu dosen yang sudah memulai kelas-- walau telat terlambat bermenit-menit. Namun sayangnya, pintu yang kupandangi itu tetap diam tak bergerak, tak ada yang mendorongnya secara rusuh seperti caramu membukanya. Dan demi beberapa detik usahaku mencoba menggambarmu di pikiranku, rindu tiba-tiba memenuhiku.

Seminggu lagi jadwal kuliah sebelum liburan lebaran tiba. Ya, kelas berhasil melakukan kerja sama yang baik dengan bapak ibu dosen agar liburan dimulai lebih cepat dari jadwal normal walau harus dibayar dengan kelas-kelas yang cukup menyiksa dari pagi hingga sore. Oh iya, kabar kami semua baik-baik saja. Walau, tidak ada yang benar baik-baik saja di dunia ini bukan?

Sore tadi, saat menemani Vere, Kurnia, Nia, Nadia, Hasya berbuka puasa. Hingga malam menyapa, saat menunggu grabcar yang tak kunjung datang, Kurnia memberitahuku 'sesuatu' tentangmu. Tentangmu yang ternyata adalah penggerak utama, inisiator dibalik pembuatan video selamat ulang tahun untuk untukku Desember, tahun lalu. Dan demi mendenger berita kecil itu, rindu dan haru itu datang menyergap lagi. Barusan ini, aku memutar video itu kembali, tersenyum haru untuk kemudian menjadi sangat cengeng. Menyadari ada satu orang disana yang suaranya tidak aku dengar lagi hari-hari belakangan ini, yang raganya tidak lagi aku temui dimanapun hari-hari belakangan ini, yang cerita-ceritanya tidak kudengar lagi hari-hari belakangan ini, dan yang kepadanya tidak lagi dapat kukatakan apapun, sepatah katapun walau hanya sekedar ejekan 'fat boy'.  Tidak bisa lagi. 

Terima kasih telah berinisiatif merekam dirimu, suaramu, dan serta merta kerusuhanmu dalam sebuah video ucapan selamat ulang tahun itu ya. Yang selalu dapat kuputar berulang-ulang andaikata rindu tentangmu menyapa. Terima kasih, kawan!

Kamu sungguh benar sudah pergi jauh. Namun, ketahuilah tidak ada yang pergi dari hati. Tidak ada yang hilang dari sebuah kenangan. Kamu akan menjadi cerita yang mungkin sudah dan akan terus kami bagikan, atau mungkin tuliskan, seperti apa yang coba aku tuliskan ini. Cerita dengan versi berbeda dari setiap mulut yang bercerita. Dan biarlah aku mengenangmu sebagai nasihat, penghibur, pelawak, perusuh, ketua makrab kelas 3k, pembawa makanan saat tentir, kumis yang dicukur habis (HAHA), teman telat, galauers, curhatan tiada habis, dan terutama sebagai yang meski jahil ternyata tanpa sadar telah memperlihatkan banyak hal baik yang darimu aku dan teman-teman belajar banyak. 
Terima kasih banyak, Sandy Ramsyah Putra. 

Langit selalu penuh dengan rahasia. Teka teki langit tidak berhenti hanya pada ribuan bintang malam. Manusia sangatlah naif bila mengaku paling mengerti perihal satu dua hal. Karena bisa saja, kita hanya sok tahu, kemudian menuntut banyak hal pada langit. Padahal harus kita sadari, segala sesuatunya terjadi bukan tanpa alasan, bukan sekedar terjadi saja. Sedarinya, semua hal yang terjadi selalu atas kehendak Dia, Sang Penguasa Langit dan akan membentuk pola sebab-akibat, yang menambah teka teki langit yang tidak akan pernah mampu manusia pahami. Maka, sudah seharusnya kita menerima segalanya dengan ikhlas dan berhenti menuntut jawaban atas pertanyaan perihal adil-tidaknya kehidupan ini.

Bila hanya mengikuti pola pikir yang terbentuk oleh sel-sel otakku. Aku akan selalu bertanya-tanya mengapa kamu pergi begitu cepat, kawan? Namun, siapakah aku yang berhak bertanya seperti itu? Aku, teman-teman, dan bahkan terutama keluargamu adalah para pihak yang ditinggalkan itu. Sementara kamu, kawan, kamu sudah melakukan hal-hal baik di masa hidupmu dan kamu pantas mendapat jawaban lebih cepat atas seluruh pertanyaan yang kamu miliki perihal kehidupan ini daripada kami semua yang masih berkutat dengan pertanyaan-pertanyaan kami masing-masing. 

Benar. Cara terbaik untuk memahami kehilangan seperti ini seharusnya memang selalu dari sisi yang pergi, pihak yang meninggalkan. 
Bukan dari pihak yang ditinggalkan.





p.s.: whoever you who read this post, tolong, sejenak sampaikan doamu teruntuk kawanku ini ya. dia sungguh orang baik :)



2/27/2017

1.01 meninggalkan atau ditinggalkan

Salah satu hal yang paling aku benci adalah saat harus kembali melangkahkan kaki ke tempat perantauan. Aku benci harus menjumpai perasaan itu lagi dan lagi. Aku benci harus melewati fase-fase sedih sebelum benar-benar lupa dan menjalani kehidupan seperti biasanya. Aku membenci saat aku harus duduk dengan orang asing dalam pesawat yang membawaku meninggalkan kampung halaman dan menyadari bahwa aku benar-benar akan pergi. Bandara selalu menjadi saksi bagaimana perasaan itu datang dan pergi. Perasaan meninggalkan dan ditinggalkan.

Lalu timbul pertanyaan dalam benakku, mana yang lebih sedih menjadi seseorang yang meninggalkan atau ditinggalkan? Pertanyaan ini cukup mengusikku beberapa hari ini. Maka itu, aku mencoba menerjemahkannya dalam kata. Untukku, yang saat ini adalah anak rantau, jelas aku selalu merasa akulah yang tersedih karena harus jauh dari keluarga, melakukan segalanya seorang diri lagi. 
Beberapa hari setelah kembali ke tanah perantauan biasanya menjadi fase yang sulit bagiku. Aku pasti akan masih menangis tiba-tiba. Tanpa alasan, bisa saja karena baru melihat jam, lalu berpikir, "harusnya jam segini, aku lagi ini" atau pada saat hendak makan, dan berpikir, "biasanya aku makan ini..." hal-hal cheesy kayak gitu enggak pernah sekalipun aku bayangkan ketika dulu memutuskan hendak menjadi anak rantau. Tidak sekalipun. Lantas aku mengasihani diri sendiri, bahwa akulah yang paling sedih. Akulah pihak yang meninggalkan itu.

Lantas aku berpikir lagi, aku mungkin cukup egois.Tidak mungkin akulah yang paling sedih, Toh, setelah satu dua minggu aku bahkan udah bisa menjalani kehidupanku seperti biasanya. Melupakan segalanya dengan kesibukkan di kampus. Aku bahkan egois hingga sering lupa menghubungi orang rumah untuk hanya sekedar bertukar kabar. Tanpa aku sadari, sebenarnya ada hati yang lebih sedih lagi. Ada air mata yang kerap jatuh dalam setiap doanya saat mendoakanku. Iya, hati kedua orang tuaku.  Aku terlalu egois hingga melupakan fakta ini. Bahwa mereka pasti sangat sedih harus melepaskan anaknya untuk pergi jauh dari mereka. Setiap pelukan melepaskanku kembali pergi, adalah tangis yang mereka tahan. Mereka bertaruh segalanya. Mereka harus berdamai dengan rasa khawatir, gelisah, cemas, takut. Mereka harus terbiasa dengan itu semua, mungkin setiap hendak makan, mereka selalu berpikir, "apakah putriku sudah makan?" "makan apa ia hari ini?", "bagaimana ia melewati ujiannya hari ini?" dan banyak pertanyaan lain yang pasti berputar dalam benak mereka. Belum lagi, rindu yang seringkali hinggap dalam lamunannya saat bekerja. Merekalah pihak yang ditinggalkan itu.

Bila kamu, manakah yang akan kamu pilih?
menjadi yang meninggalkan?
atau yang ditinggalkan?

Oh iya, hari ini yang seharusnya menjadi kuliah perdanaku di semester 4 batal. Tidak apa. Aku rasa, Selasa juga hari yang baik untuk mengawali semester ini. Yha, aku udah semester 4 sekarang. Haloooo! untuk semua yang menanti di awal hari. (:


See u next post! xoxo


2/14/2017

Happy Valentine's Day

Today i made a decision. I won't go back to Bintaro tomorrow.

Salah satu keinginan di tahun ini, mendaki Gunung Raung sepertinya harus terkubur sementara. Bukan, bukan karena pendakiannya batal. Tiket kereta api menuju Surabaya terpaksa harus kurelakan hangus gitu aja. Padahal sebelum balik ke rumah, aku udah minjem kerir, bela-belain bawa sepatu gunung ke rumah buat dicuci disini. Udah googling tentang Gunung Raung segala. HAHAHA. Udah se-excited itu banget buat berangkat malah enggak jadi. Mungkin memang waktunya belum sekarang kali ya. Maybe, next timeeee but this year, hopefully (:

Aku kecewa sih tapi aku tetap senang karena itu berarti aku punya libur yang lebih panjang untuk kuhabiskan bersama keluarga. Untuk saat ini, rasanya belum ada waktu yang lebih menyenangkan dibandingkan waktu bersama keluarga sejak aku merantau, am i right or am i right?? 

Ohiya, Happy Valentine's Day, people! Semoga kita selalu bersama orang-orang yang kita sayangi dan cintai yaaaa!  (: 


p.s. im watching Titanic right now. tau enggak kalo dulu aku selalu bela-belain untuk nonton film ini gak peduli jam berapapun filmnya ditayangin, sampai hafal tiap adegan tapi tetap enggak bosen buat nonton lagi dan lagi. okay infonya gak penting banget ya? hahaha.

See u next post! xoxo



2/10/2017

Welcome 2017

Malam ini sembari melawan semua kemalasan dalam diri untuk mulai menulis lagi, aku memutuskan untuk menulis lagi. Setelah akhir-akhir ini pikiran ini dipenuhi dengan banyak sekali pertanyaan, banyak sekali gagasan, banyak sekali kegalauan dan random thoughts lainnya. Kayaknya ada baiknya untuk berbagi cerita sedikit demi sedikit di blog ini. Apalagi kalo lagi libur gini emang pikiran suka ngaco-sengaco-ngaconya. Anyway, tulisan ini diketikkan langsung dari rumah lhooo. Yoyy, kampusku lagi liburan semester. Udah dari akhir Januari kemarin sih akhirnya putri sulung rumah ini kembali. Yayyy!!! Sialnya, aku balik di waktu yang bisa dikatakan enggak tepat sama sekali. Orang rumah semua sama sekali gak ada yang lagi libur. Ketemu bapak aja cuma beberapa hari kemarin diawal libur dan kebetulan doi ulang tahun. Yha, kebiasaan rumah ini lah setiap ada yang ulang tahun hukumnya agak wajib untuk dirayakan dengan kue dan nyanyian. Jadilah kita rayakan kecil-kecilan dan berakhir makan malam diluar rumah. Setelah itu, bapak harus balik tugas ke Kisaran. Jadilah aku setiap pagi ditinggal sendirian dirumah, mama kerja, dan adik-adikku semuanya sibuk sekolah. What a perfect holiday! (Tetep bahagia dongg, di rumah aja udah seneng banget rasanya sekarang)

Liburan kali ini buat aku jadi banyak mikir. Lebih ke introspeksi diri juga sih. 19 tahun hidup berpijak di bumi, aku udah berbuat apa aja ya? Udah ngapain aja? Udah kemana aja? Bener enggak ya pilihan hidup yang aku ambil? Apa kabar kuliahku? Apa kabar mimpi-mimpiku? Dan makin mikir, makin menampar aku karena mikir kayaknya aku belum ngasi apa-apa yang berarti banyak dalam hidup selama ini. Bukan, bukan berarti selama beberapa tahun belakangan ini aku enggak melakukan apa pun. Malah, tahun 2016 bisa dibilang jadi tahun dengan jam terbang paling padat. Cieilah bahasaku. Tapi, beneran deh. Malah sekarang jadi nyesal karena enggak banyak nulis disini. (kayak kalo nulis, ada yang baca aja sil haha). Mungkin juga karena diawal tahun 2016 aku enggak nulis resoulusi apapun kali ya, jadi di akhir tahun kayak enggak punya parameter gitu untuk jadi penentu apakah tahun itu berjalan sesuai harapan atau enggak. But, for everything that happened in 2016, i was very grateful and thankful. 

"New year, new me." a lame quote said.

Sewaktu detik pergantian tahun dari 2016 ke 2017, aku lagi ada di jalan raya diatas sepeda motor dibonceng Luluk. Saat itu kita lagi bodoh-bodohnya karena kelelahan kali ya sampai-sampai kesesat i don't know exactly dimana yang pasti disekitaran jalan dekat kampus UIN. Semua hape mati, jalan rame banget kayak semua orang tumpah ke jalan untuk enggak lain ya mau ngeramein tahun baru aja. Suara kembang api, terompet memekakkan telinga dimana-mana. Anak kecil, ibu-ibu, bapak-bapak, para pasangan semua kelihatan bahagia saat itu asik dengan hape ditangan enggak berhenti foto sana foto sini. Aku sampai mikir, gini yak hidup selalu ada hitam dan putih. Selalu ada perbedaan yang kontras. Disaat puluhan bahkan ratusan orang di jalan ini tampak bahagia, ada kita  berdua yang kebingungan mencari jalan kembali. Sebenarnya kita enggak sepenuhnya kesesat sih, kita cuma salah jalan diawal dan berujung bener-bener kepisah dari rombongan yang lagi long march. Yaaaaa! Diujung tahun 2016 kemarin, aku merelakan diri untuk kembali bernostalgia di Cikoneng menemani siswa diklat Stapala melaksanakan diklat lapangan. Well, yang belum tahu Stapala itu apa, Stapala itu STAN Pencinta Alam. Okaay kembali ke cerita aja ya sebelum ngelantur lagi. Jadilah detik pergantian tahun itu, dengan menerka-nerka apakah udah 00.01 apa belum dikarenakan hape mati dan jam tangan Luluk dipertanyakan kebenaranya. Diiringin tiupan terompet, letusan kembang api, dan tepuk tangan orang-orang di jalanan. Disaat semesta seberisik itu, adalah aku yang melipat tangan, menutup mata, berkata-kata dalam hati kepada-Nya di jok belakang motor sambil menahan haru karena lagi-lagi tahun baru enggak bisa bareng keluarga. Mungkin kalo kalian lihat, kalian bisa meneteskan air mata haru juga (agak lebay sih hahaha). Hidup kadang selucu itu, sama sekali enggak nyangka bakal tahun baruan di jalan (lagi). Tahun berapa gitu, aku lupa, karena heboh pengen beli pizza setelah gereja malam tahun baru, jadilah aku, adik-adikku dan bibikku terjebak maceeeeeet di jalan dan berakhir tahun baruan di jalan juga. Dan tahun lalu terulang lagi namun terkemas dalam cerita yang berbeda. What a life!

Momen pergantian tahun selalu menjadi momen yang magis bagi aku pribadi. Entah kenapa, pasti aku selalu menunggu-nunggu menit 00.01 itu datang, untuk kemudian menutup mata, melipat tangan dan berbicara kepada-Nya. Momen itu menjadi sangat penting bagiku. Biasanya list demi list harapan udah bercokol di kepala meminta untuk disampaikan. Mungkin kalian juga punya cara tersendiri memaknai pergantian tahun bukan?

Tahun 2017 ini aku ingin memulai dengan beberapa 'resolusi kecil' (anaknya masih sangat cupu enggak berani banyak dan besar harap takut enggak kesampaian). Udah sempat nulis sih kemarin, tapi kertasnya udah hilang entah kemana. Dari kemarin di kepala udah niat buat nulis lagi yang bener-bener, tapi sampai sekarang belum terealisasi. Maybee, setelah ini, maybe. Aku rasa ada baiknya juga kalau kita mulai punya goals goals yang kita tulis setiap tahunnya. Lebih bagus lagi kalau bisa punya goals jangka panjang gitu. Alangkah baiknya memang kita let it flow apa aja yang bakal terjadi di depan tapi alangkah lebih baiknya kita let it flow in the right ways kan? Rasanya pasti bahagia disaat nantinya satu per satu goals itu bisa kita ceklis 'done i did it!'. So...aku rasa belum terlambat kok untuk mulai menulis 'resolusi/goals' yang ingin kalian lakukan di tahun ini!

And by the way,sama seperti tahun-tahun sebelumnya, bahkan sejak blog ini dibuat, pasti setiap awal tahun aku 'berniat' untuk sering-sering nulis disini. Yang sering kali hanya berakhir di kata 'niat' huh. Semoga di tahun ini tidak ada dusta di antara kata 'niat' itu sendiri yaa (Amin). Malam menjelang pagi begini, jadi mengingatkanku akan kebadunganku dulu yang rela-relanya tidur pagi demi melahap lembar demi lembar novel berbeda setiap malamnya. Kadang rindu bisa 'se-rela' itu. Sekarang sih, haduh boro-boro ya kalo ada waktu pasti selalu disempat-sempatkan buat tidur nyenyaklah! Alhasil, kayaknya sekarang julukannya bukan pembaca lagi jadi cuma pengoleksi novel aja karena enggak dibaca-baca. #hidupMahasiswaHobiTidur #hidupMahasiswaBorosYangBermanfaat

Okedeh sebelum tulisan ini semakin ngalor-ngidur enggak ada putusnya baiknya mari kita akhiri saja. Inti dari tulisan ini tadinya, sebenarnya mau life update aja sih. Bahwa penulis masih sehat, bersemangat, dan bahagia. (Amin, doakan saja). 


Happy New Year 2017 everyone!  God bless you allllll (: better late than never right? (:
See u next post! xoxo.