8/04/2016

words for everybody.

[in pages 313 - 314, Tere Liye book's, Rindu]
*
*
*

"Bagian yang kedua, tentang penilaian orang lain, tentang cemas diketahui orang lain siapa kau sebenarnya. Maka ketahuilah, Nak saat kita tertawa, hanya kitalah yang tahu persis apakah tawa itu bahgia atau tidak. Boleh jadi, kita sedang tertawa dalam seluruh kesedihan. Orang lain hanya melihat wajah. Saat kita sedang menangis pun sama, hanya kita yang tahu persis apakah tangisan itu sedih atau tidak. Boleh jadi kita sedang menangis dalam seluruh kebahagiaan. Orang lain hanya melihat luar. Maka, tidak relevan penilain orang lain."
*
*
*

"Kita tidak perlu menjelaskan panjang lebar. Itu kehidupan kita. Tidak perlu siapa pun mengakuinya untuk dibilang hebat. Kitalah yang tahu persis setiap perjalanan hidup yang kita lakukan. Karena sebenarnya yang tahu persis apakah kita bahagia atau tidak, tulus atau tidak, hanya diri kita sendiri. Kita tidak perlu menggapai seluruh catatan hebat menurut versi manusia sedunia. Kita hanya perlu merengkuh rasa damai dalam hati kita sendiri."
*
*

"Kita tidak perlu membuktikan apa pun kepada siapa pun bahwa kita itu baik. Buat apa? Sama sekali tidak perlu. Jangan merepotkan diri sendiri dengan penilaian orang lain. Karena toh, kalaupun orang lain menganggap kita demikian, pada akhirnya tetap kita sendiri yang tahu persis apakah kita memang sebaik itu."
*





8/01/2016

mikroekonomi.

minggu, penghujung Juli. 31.

Boleh dikatakan kamar ini hari ini seperti sedang menyambut sesuatu saja. Ya, entah ada angin apa.
Pagi tadi aku memutuskan untuk bersih-bersih.
Eh tunggu,
Lebih tepatnya pagi tadi menjelang siang.
Rasanya aneh….
Kok aneh ya?
Mungkin karena tidak terbiasa tertata rapi seperti ini.
Dari awal meja ini tidak pernah menjalankan fungsinya sebagai meja belajar. Biasanya dia diduduki oleh sembarang barang. Buku-buku, modul kuliah,novel-novel bon-bon belanjaan, kertas laundry, tisu, perkakas tulis, spidol, kispray,ikat rambut, sisir,charger,bedak, handbody, kabel-kabel, dan barang-barang lainnya - yang terbesar dan berkuasa diduduki oleh kipas angin merah putih yang tampak sangat berdebu ini.

Jarang sekali tampak rapi seperti saat ini.
Lucu saja.
Akhirnya, setelah hampir sepuluh bulan menghuni dan memiliki meja ini, malam ini kugunakan secara tepat guna.
Bukan main lelah dan lebaynya aku saat membersihkan kamar ini tadi. Kurang lebih lima jam baru selesai seluruhnya.
Dan bukan main, keinginan untuk lekas pindah dari sini semakin kuat.

Betapa tidak?

Saat membersihkan kolong tempat tidur tadi,tampak rayap-rayap menyebalkan sudah tumbuh dan berkembang biak di sudut-sudut ruang. Menjijikkan!
Salah satu alasan mengapa aku malas membersihkan kamar ini. Ya itu, toh setelah ini pasti rayap-rayap itu muncul lagi dan menggerogoti lantai kamar ini membentuk entah bentuk apa yang menyebalkan.

Tapi tidak untuk malam ini. Bila kau berkunjung, aku ingin perlihatkan bersih dan tertibnya barang-barang di kamar ini sekarang. Berada tepat di posisinya masing-masing.
Tapi sayangnya kau tidak sempat berkunjung.
Aku tidak mendapat kabar apapun darimu.

“Apa kau sedang sibuk?”
Ah, aku juga sibuk.
Sibuk mencemaskan hari-hari depan.
“Kau bilang tak usah cemas?”
Ah, omong kosong macam apa itu hey!
Buku mikroekonomi edisi keempat karangan Dominick Salvator ini saja tampak bingung dan mencemaskanku.
Dibuka tapi belum merasa diindahkan sejak tadi.
Aku hendak belajar tadinya.
Tapi malah mengindahkan jemariku menari diatas keyboard ini.

Belajarlah.
“Apa kau bilang?”
Kasihan bukumu sejak mendambakan dibaca olehmu.
“Ah, kau tak kasihan padaku?”
Dengarkan aku,kubilang belajar sekarang!
“Well, kau mulai menjengkelkan! Sebaiknya aku akhiri saja permainan kata malam ini.”

Setidaknya kamar ini sudah sangat siap menanti kehadiran seseorang….atau sesuatu hal.
Sesuatu yang saat ini terus menghantui dan bersarang di tiap sudut kelambu pikiran mahasiswa disini.
Membuat harap-harap cemas.
Atau mungkin membuat senang sebagian orang.
Yang pasti aku bukan diantara orang setengah sinting  yang senang itu.
Apa aku yang mulai sinting sekarang?
Hufffft tidak boleh.

UAS…..berhentilah terus menerus mengetok pintu kamar pikiranku. Aku—kami siap kok bertemu denganmu senin depan.
Hanya saja sekarang, amunisiku belum lengkap. Masih banyak kantong ilmu yang belum selesai diisi. Bila sudah waktunya, biarkan pena yang menari diiringi musik berbeda setiap harinya.
Okey sekarang aku harus benar-benar belajar.
Doakan aku ya, teman.



p.s.: ibuku baru saja menelepon dan memerintahkanku untuk segera tidur saja dan belajar besok pagi. ibuku tau saja aku memang sudah mengantuk. anakmu yang patuh ini akan segera tidur saja. maafkan aku buku mikroekonomi. kau diphpkan lagi malam ini. maaf.